Selasa, 09 Juni 2015

Kisah Barshisha (Barsiso) seorang ulama yang mati kafir

Barsiso merupakan seorang hamba Allah yang saleh. Dia mempunyai 60 000 anak murid dan semua anak muridnya itu menjadi ulama dan Aulia Allah, sehingga mereka dapat terbang ke udara dengan berkat ajaran gurunya. Syeikh Barsiso ibadatnya kepada Allah sampai mengagumkan malaikat2 Tuhan sehingga bertanya Allah kepada malaikat: “Mengapa kamu kagum dengan Barsiso? Padahal Aku lebih tahu.” Allah menambahkan: “Dalam ilmuKu Barsiso itu akan kafir dan masuk neraka Jahannam selama-lamanya.” Kata Tuhan itu didengari Iblis laknatullah dan Iblis yakin bahawa Barsiso pasti akan binasa dalam perangkapnya. Iblis dating ke tempat ibadat Barsiso menyeludup sebagai hamba Allah yang saleh dan taat. Ia meminta bertemu dengan Barsiso. Kemudian Barsiso memperkenalkan diri dan bertanya pada tamunya: “Engkau ini siapa dan apa maksud mu?” iblis menjawab: “Aku ini hamba Allah yang beribadat kepadaNya dan aku ingin pula membantu tuan dalam hal2 ibadat.” Kemudian Barsiso berkata kepadanya; “Barangsiapa bermaksud beribadat kepada Allah maka sesungguhnya Allah akan mencukupinya sebagai teman baik.” Keuletan Iblis laknatullah melakukan ibadat yang berterusan selama tiga hari tiga malam tanpa tidur , tanpa makan dan minum. Barsiso berkata kepadanya: “Aku ini pernah tidur dan aku ini makan dan minum, sedangkan engkau tidak makan sama sekali, padahal aku beribadat kepada Allah 220 tahun di mana aku tidak sanggup meninggalkan makan minum. Oleh itu, apakah dayaku sehingga aku ini boleh menjadi seperti engkau?” Iblis menjawab: “Pergilah engkau dari tempat ini dan kerjakan larangan Allah, kemudian setelah itu taubatlah kepada Allah kerana Dia Maha Pengasih, maka engkau akan mendapat kemanisan bertaubat kepada Nya.” Barsiso bertanya: “Bagaimana aku akan menderhakai Allah setelah aku menyembah Tuhan sekian lama?” Iblis menjawab: “Manusia apabila berdosa memerlukan keampunan atas segala dosa-dosanya.” Barsiso bertanya: “Apakah dosa yang baik saya kerjakan?” Iblis menjawab: “Zina.” Barsiso berkata: “Kalu begitu pasti aku tidak melakukannya.” Iblis menjawab: “Engkau bunuh seorang hamba Allah yang mukmin.” Barsiso berkata: “Aku tidak akan lakukannya.” Iblis berkata lagi: “Kalau begitu minum sajalah air yang memabukkan, ini adalah yang lebih gampang dan ini adalah tidak ada hubungan dengan orang lain.” Barsiso bertanya: “Dimanakah aku akan mendapatkan minuman ini?” Iblis berkata: “Engkau pergi ke kampung anu dan kedai anu.” Dengan serta-merta Barsiso pun pergi ke tempat yang ditunjukkan Iblis itu. Setelah ke tempat itu, Barsiso pun menemui seorang wanita cantik lagi cakap yang pekerjaannya menjual minuman keras. barsiso membeli dari perempuan itu sebotol khamar, kemudia meminum nya dan akhirnya ia pun mabuk. Dengan mabuknya itu ia lantas menzinai perempuan itu. Kemudian dengan tiba-tiba dating suami perempuan itu dan lantas dibunuh pula oleh Barsiso. Setelah kejadian itu Iblis kembali menyamar sebagai manusia biasa. Lantas Iblis membawa Barsiso kepada penguasa dizaman itu. Penguasa menjatuhkan hukuman bahawa Barsiso harus dipukul 80kali kerana meminum khamar; maka ditambah 100kali kerana berzina. Hukuman terakhir menurut penguasa, bahwa Barsiso mesti disalib kerana dosa membunuh. Tatkala Barsiso dinaikkan ke tiang gantungan salib, Iblis dating ketempat Barsiso menyamar seorang lelaki yang baik. Iblis bertanya: “Bagaimanakah pendapatmu tentang keadaan mu sekarang?” Barsiso menjawab: “Malang bagi orang yang percaya kepada teman yang jahat, tentulah orangnya akan binasa.” Iblis menjawab: “Aku telah beribadat bersama mu sekian tahun lamanya, aku lah yang menyebabkan engkau disalib. Jika engkau menghendaki turun dari tiang salib, maka aku akan menurunkan engkau.” Barsiso menjawab: “Itulah yang aku maksudkan. Turunkanlah aku. Aku akan berikan apa yang kau pinta dari ku.” Berkatalah Iblis: “Nah sujudlah kepadaku.” Barsiso menjawab: “Bagaimana aku bersujud padahal aku terikat ditiang ini?” Iblis menjawab: “Sujudlah dengan menganggukkan kepalamu.” Maka Barsiso pun mengisyaratkan kepalanya dengan maksud sujud kepada Iblis. Dengan sujud Barsiso, maka kafirlah ia kepada Allah dan pada agamanya. Akhirnya Iblis berkata “Aku melepas diri dari engkau(Barsiso), aku takut kepada Allah, Tuhan yang Maha Besar serta sekalian alam.” (Al-Hasyr: 16)

Kisah Pembunuh 100 Nyawa yang Masuk Surga

Ada seorang pemuda Bani Israil yang telah membunuh 99 orang, lalu ia ingin bertobat dan mendatangi salah satu ahli ibadah ('Abid) untuk menanyakan perihal keinginannya untuk bertobat, namun ahli ibadah ini mengatakan kalau tobatnya itu tidak bisa diterima oleh Allah swt. karena ia telah membunuh banyak sekali manusia tak bersalah. Mendengar ucapan ahli ibadah ini,pemuda Bani Israil ini marah dan akhirnya membunuh ahli ibadah tersebut.

Namun, keinginan pemuda ini untuk bertobat sangatlah tinggi dan ia mendatangi juga seorang Ahli Ilmu ('Alim) dan menanyakan perihal keinginanya untuk bertobat dan menjelaskan kalau ia sudah membunuh 100 nyawa manusia. Ahli ibadah ini mengatakan tobatnya masih bisa diterima oleh Allah swt,dan pemuda ini di suruh untuk pergi/hijrah ke suatu daerah dimana daerah ini banyak sekali orang-orang yang beribadah kepada Allah swt. Pemuda ini disuruh berhijrah agar ia dapat belajar Islam di daerah itu dan karena di daerahnya yang sekarang sangat banyak kemaksiatan.


Pemuda ini akhirnya pergi menuju kedaerah tujuan tersebut,namun Allah swt mencabut nyawanya saat pemuda ini dalam perjalanan. Seketika itu datang malaikat azab dan malaikat rahman untuk mengambil roh pemuda ini,namun kedua malaikat ini bertengkar memperubatkan roh pemuda ini.

Malaikat azab ingin mengambil pemuda ini karena pemuda ini telah membunuh 100 manusia,namun malaikat rahman juga ingin mengambil roh pemuda ini karena pemuda ini sudah bersaha bertobat di sisi Allah swt. Akhirnya di utuslah malaikat yang menjadi hakim untuk kedua malaikat ini. Malaikat hakim ini menghitung letak meninggalnya pemuda ini dari daerah asal ke daerah tujuan, apabila letak meninggalnya pemuda ini lebih dekat di daerah asal,berarti pemuda ini miik malaikat azab,namun apabila letak meninggalnya pemuda ini lebih dekat di daerah tujuan,berarti pemuda ini milik malaikat rahman.

Menurut riwayat Imam Bukhari,pemuda ini lebih dekat satu langkah di daerah tujuan,namun riwayat lain mengatakan kalau pemuda ini meninggal tepat di tengah-ditengah antara daerah asal dan daerah tujuan.
Karena riwayat Imam Bukhari lebih tinggi,riwayatnya lah yang diambil,yaitu pemuda ini lebih dekat satu langkah dari daerah tujuan. Jadi pemuda ini di ambil oleh malaikat rahman dan akan di masukkanlah dia kedalam surga-Nya.


Pelajaran apa yang dapat kita ambil di sini??

Yang pertama adalah Tobat seorang hamba masih terbuka bagi siapa saja yang ingin bersungguh-sungguh bertobat,sebelum matahari terbit dari barat (kiamat) dan nyawa sudah di tenggorakan (Sekarat).

Kedua adalah walau kita seorang Ahli Ibadah namun tidak berilmu,itu akan membawah kesesatan,seperti kisah di atas,seorang ahli ibadah yang mengatakan kalau tobat pemuda itu tidak akan di terima,padahal tobat seorang hamba akan di terima selama belum kiamat dan nyawa belum di tenggorokan.

Ketiga ialah kita tidak tahu kapan kita Mati,saaat bermaksiat atau berbuat kebaikan??bisa terjadi kapan saja.

Keempat,kita di anjurkan untuk bergaul dengan orang-orang yang sholeh dan meninggalkan pergaulan/lingkungan yang maksiat,seperti kisah di atas,pemuda itu disuruh untuk pergi ketempat yang banyak orang beribadah dan meninggalkan daerahnya yang banyak bermaksiat.

Senin, 08 Juni 2015

Materi Tadabbur QS. Al-Hajj Ayat 1-5

Ayat 1 - 5 dari surah Al-Hajj ini menjelaskan peristiwa kiamat itu pasti terjadi dan merupakan peristiwa yang amat dahsyat. Saking dahsyatnya kiamat itu, setiap wanita yang sedang menyusui, anaknya yang sedang disusui itu terlepas dari pangkuannya tanpa sadar, setiap wanita hamil, langsung keguguran dan manusia seperti orang-orang mabuk, padahal bukan karena mabuk, melainkan karena dahsyatnya azab Allah.
Banyak dari manusia yang membantah tentang Allah tanpa ilmu. Mereka hanya mengikuti setan yang sangat durhaka itu. Sebab itu, Allah sudah tetapkan siapa saja bersahabat atau menjadikan setan penolongnya, maka setan itu pasti menyesatkannya dan menunjukinya ke jalan menuju azab neraka Sa’ir.
Manusia yang meragukan hari kebangkitan (kiamat) itu tidak berpijak pada ilmu, melainkan hanya ikut-ikutan apa kata nenek moyang mereka. Allah menjelaskan keraguan itu dapat dihilangkan.
Caranya dengan mempelajari bagaimana Allah menciptakan mereka dari tanah, kemudian berkembang menjadi ratusan juta sel sperma dan hanya satu satu sel sperma yang diberi Allah berhasil membuahi ovum.
Setelah pembuahan terjadi, maka berkembang menjadi mudhgah (seperti daging yang digigit) yang sempurna dan yang tidak sempurna. Allah jelaskan proses penciptaan manusia itu dengan jelas (seperti dalam surah Al-Mukminun ayat 12-14).
Allah tetapkan dalam rahim sesuai kehendak-Nya sampai batas waktu yang ditentukan-Nya. Kemudian Dia keluarkan sebagai bayi, kemudian Dia kembangkan sampai dewasa. Di antara manusia ada yang Allah matikan lebih awal dan ada pula yang ditakdirkan sampai pikun, agar memori pengingatnya hilang.
Begitu pula saat kita melihat bumi itu kering, lalu Allah turunkan hujan di atasnya. Tiba-tiba bumi itu bergerak menjadi hidup, subur dan menumbuhkan setiap pasangan tumbuh-tumbuhan yang indah.
Semua itu cukup menjadi bukti kekuasaan Allah. Bagi Allah mudah saja membangkitkan manusia kembali di hari kiamat nanti.

Selasa, 17 Maret 2015

Tugas Pers

TEMPO.CO, Jakarta - Masa kecil Abraham Lunggana alias Lulung serba sulit. Setelah ayahnya meninggal, Lulung mengais sampah di pasar Tanah Abang untuk membantu ibunya. Hidup bertahun-tahun di Tanah Abang membuat Lulung paham pasar itu sumber uang yang tak akan pernah kering. Ia menyingkirkan para penguasa Tanah Abang sebelumnya. Sekarang hidup Lulung serba mewah. Jauh dari bau sampah.
Belakangan Lulung masuk dunia politik dengan masuk menjadi anggota Partai Persatuan Pembangunan yang kemudian membawanya duduk sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Ia menjadi satu-satunya penguasa Tanah Abang saat ini. Berikut petikan wawancara Lulung dengan Tempo, Kamis, 15 Agustus 2013 di kantornya lantai 9, gedung baru DPRD DKI Jakarta.
Bagaimana cerita Anda sampai masuk ke pasar Tanah Abang?
Hidup saya diuntungkan. Saya ditinggal orang tua (ayah) kelas 3 SD. Orang tua saya veteran dimakamkan di Kalibata tahun 1975 saat saya kelas 3 SMP. Ibu saya tiap hari goreng dua telor untuk makan anak-anaknya. Telur dibagi delapan. Ibu bilang jangan nambah, ya. Saya ingat tuh. Rumah saya dekat pasar, jaraknya 50 meter. Tiap pagi saya salat Subuh, terus langsung cari uang. Pulang ke rumah bawa uang Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Saya beri ke ibu. Saya dapat uang dari cari sampah, cari kardus, besi di pasar Tanah Abang. Saya berkelahi dengan pemulung untuk dapat sampah. Kemudian saya dipukuli, digebukin media. Saya dibilang preman. Tadinya saya bangga dikatakan preman (tertawa lebar). Begitu jadi begini (Wakil Ketua DPRD), anak saya mulai besar, lalu mereka tanya mamanya. “Mama, Bapak preman ya?” Dijelasin deh oleh mamanya. Kebetulan istri saya asli orang Tanah Abang. Dulu rumahnya cuma 5 rumah jaraknya dari rumah saya.
Anda sendiri asalnya dari Betawi?
Saya Betawi-Banten. Nenek Betawi, kakek Banten. Ibu saya asli Betawi.
Kami dengar mobil Anda ada 35 unit?
Sekitar 30-an lah. Duit di sini saya bagi-bagi. (Lulung lalu memanggil seorang stafnya bermarga Butar-butar dan bertanya, ”Proposal di sini banyak atau kagak? Butar-butar menjawab singkat, "Banyak, Pak”. Nah, Rp 3 juta satu hari di sini saja (untuk menyumbang proposal-proposal meminta bantuan dana). Gaji saya cuma berapa duit, sih. Paling cuma Rp 20 juta. Buat saya jangankan harta, masjid saja saya bangun.
Untuk apa mobil sebanyak itu ?
Mobil kantor semua (tertawa). Kalau mobil saya yang paling bagus, itu Rubicon. Itu pun karena saya dituntut oleh bos saya, “Lu pake deh mobil yang bagus”. Bos saya ini banyak di Jakarta.
Bagaimana sampai bos Anda banyak?
Saya itu di Tanah Abang merupakan orang yang membebaskan tanah. Sampai Rp 100 juta per meter itu saya. Nah, owner-nya lain lagi. Orang minta tolong ke saya. Kenapa? Saya tidak pernah ambil untung dari warga. Developer tuh seneng, jadi enggak susah cara mmbebaskannya. Saya pertemukan developer dengan warga, ya udah dibayar. Saya dapatnya dari developer, jasa, begitu. Nah, nama saya sudah besar, masak saya mau gantung diri sih. Masak mau bikin yang tidak-tidak. Tidak mungkin, apalagi saya anak yatim awalnya. Enggak mungkin, deh. Saya enggak mau bikin masalah. Makanya istilahnya lihat dari dekat, biar tahu.
Selain mobil, apalagi aset Anda?
Rumah saya banyak, villa saya ada 7. Ini sebelum jadi anggota Dewan. Toko saya banyak, harga satu unit toko Rp 2 miliar. Anak saya Tirta punya 60 biji (toko). Dia hampir menyusul saya.
Jadi, setoran dari pasar Tanah Abang enggak diambil dong. Ini saja sudah banyak?
Saya enggak minta setoran. Mereka sering mengadu ke saya. Judulnya begini: mereka tetap dibina supaya jangan bikin masalah besar. Kenapa? Karena Tanah Abang sentra ekonomi. Kalau kalian ribut, orang enggak datang belanja di situ. Kalau saya enggak jadi apa-apa lagi, nongkrong aja di Tanah Abang. Meludah saja jadi duit. Tapi saya enggak mau monopoli. Saya nanti manggil rukun remaja dikasih kerjaan. Bayangkan kita ngomong bohong, deh. Kalau cuma bikin kartu nama lewat saya berapa coba, 15 ribu toko. Terus bikin nota kontan, berapa kira-kira. Bikin kantong kresek nih, berapa kira2? Bikin kantong kardus ini yang belum saya garap. Nanti mau pensiun baru mau garap. Kenapa? Pedagang itu baik sama saya semua. Saya suka malu datang ke sana (Pasar Tanah Abang). Saya enggak pernah datang sekarang, malu saya karena kayak menteri kabinet saja. Saya datang ya, jangan ada yang ngawal saya, pesen dulu. Orang toko enggak kenal Haji Lulung yang mana. Kepala kelompoknya aja yang tahu, yang tua-tua,
Sepertinya Anda seperti The Godfather?
Ya, The Godfather yang bukan jahat. (tertawa lebar)
Anda setor ke partai juga?
Setiap tahun itu enggak kurang dari Rp 1 miliar untuk partai (Partai Persatuan Pembangunan). Kenapa? Karena setiap ranting kita kasih bingkisan, meneruskan yang dulu-dulu, kewajiban. Kalau DPP (Dewan Pengurus Pusat) saya enggak tahu dah itu.
Bagaimana dengan gaji dari DPRD tidak dipakai, dong?
Pakai lah. (tertawa). Istri saya nanti katakan: kerja tiap hari sampe malem kagak ada setorannye. Ini proposal majelis taklim dari Cakung, Penggilingan, Jakbar, Tangerang, untuk Maulid. Siapa kyai besar di Jakarta enggak kenal Haji Lulung? Pedagang yang susah habis kebakaran, punya modal paling cepek, nopek lah, cari toko susahnya bukan main sedangkan di sana didominasi sama yang sipit-sipit. Mereka mesti punya orang tua kan, cari pinjaman ke saya. Pak Haji ada daftar di sana, punya uang cuma 100, cari uang muka, pengin kredit lunak, tolong dong. Alhamdulillah-nya? Kenapa? Saya tidur doang, ada bank yang datang. Itu bank bangunin saya, "Pak Haji, Pak Haji pake uang kita." Tapi saya kagak pernah mau gunakan. Tapi ketika orang-orang minta bantuan soal pinjaman lunak, saya harus maju dong ke depan. Bang, ini ada orang mau cari toko, mau bantuin kagak? Mau. Punya uang muka kagak? Punya, berape? Seratus ribu. Ya, saya bilang rapat dulu. Berapa bank saya hubungi, saya minta bunga yang paling rendah. Saya beli Rp 500. Pembeli nih utang pada saya 15 tahun. Ada yang diperas enggak? Saya dapat dari pemenang tender, saya dapat dari bank, saya dapat dari developer, sampah dapat, ruko dapat. Itu bisa dihitung enggak berapa duitnya? Deposito dong, tabung. Cek aje tuh.
Semua harta kekayaan dilaporkan ke KPK?
Dulu tuh saya kagak mengerti. Dulu saya pelit-pelit. Lalu ada yang mengajari, "Lung laporkan semua, kalau besok diisi semua. Karena apa? Saya nomor 3 pembayar pajak terbaik di Jakarta Pusat. Ya, tepuk tangan dong (tertawa lebar).
Berapa itu nilainya?
Enggak tahu. Itu urusan kantor, urusan komisaris saya.
Ratusan miliar ya pak?
Enggaklah. Nanti saya dikejar pajak terus.
Bagaimana dengan anak-anak Anda, sudah bekerja semua?
Anak saya ada yang bikin perusahaan catering yang bekerja sama dengan hotel-hotel dan penyelenggara wedding. Cuma satu yang tidak bekerja karena suaminya sudah lumayan. Sedangkan Tirta sudah punya perusahaan. Tapi sekarang anak saya gabung dengan saya. Soalnya, siapa yang urus perusahaan saya?

Senin, 16 Maret 2015

Percakapan tentang Ruang Respons: Wawancara dengan Sarah Rifky

Pada kesempatan kali ini editor The Equator, Syafiatudina, bercakap-cakap dengan Sarah Rifky, ko- kurator Biennale Jogja XII (BJ XII). Dalam pertemuan pertama mereka yang dimediasi oleh teknologi digital, selain untuk mengenal lebih jauh Sarah dan pengalaman praktik kuratorialnya selama ini, tercetus pula perbincangan soal kontribusi seni dalam perubahan sosial dan strategi-strategi pembacaan konsep mobilitas untuk mengeksplorasi pertemuan Indonesia dengan negara-negara Arab.
Syafiatudina (S): Bisa ceritakan bagaimana awal pertemuan anda dengan tim BJ XII dan bagaimana proses kerja sama dan kolaborasi yang terbangun sejauh ini? Potensi apa yang anda bayangkan akan muncul dalam kerja kolaborasi ini?
Sarah Rifky (SR): Tahun 2010 saya bertemu dengan Farah Wardani (Direktur Artistik BJ XII) dalam konferensi “Speak Memory”, sebuah simposium tentang arsip di Kairo. Akhir November 2012, saya menerima surat dari Farah yang mengabarkan rencana kunjungan riset tim BJ XII ke Kairo. Dalam kunjungan ini saya bertemu dengan Farah, Agung dan Neni ketika mereka mampir ke kantor Beirut. Kami membicarakan beragam hal yang sangat menarik tentang seni, sejarah dan praktik kuratorial. Sejauh ini, dengan tempo yang cukup ketat, pengalaman bekerja dengan tim BJ XII dipenuhi kemungkinan-kemungkinan yang tampaknya berharga. Pengalaman ini memperkenalkan saya pada langkah-langkah dan gaya berbeda dalam bekerja yang kemudian mendorong pertukaran-pertukaran gagasan yang lebih mendalam.
(S): Selain kolaborasi kurator antara anda dan Agung Hujatnika, Beirut, ruang inisiatif seni yang anda gagas menjadi salah satu partner organisasi pendamping dalam penyelenggaraan BJ XII. Bisa cerita lebih banyak tentang Beirut?
(SR): Beirut dimulai pada musim semi, 2012. Saya mendirikan Beirut bersama dengan seorang teman baik dan kolega saya, Jens Maier-Rothe. Kami bertemu pada tahun 2007, di Swedia, tempat kami sama-sama menempuh pendidikan. Kami menemukan ruang ini -atau mungkin ruang ini menemukan kami!- yang lokasinya di sebuah area yang sangat tenang namun tidak jauh dari pusat kota Kairo. Secara teknis, kami berada di Giza, di bagian barat Sungai Nil. Tempat ini sangat ideal dan cocok untuk berpikir reflektif. Bangunan ini merupakan rumah bergaya 1940-an, dikelilingi taman dan ada dua pohon mangga dan palem. Ketika pertama kali memasuki ruang yang sempat kosong selama beberapa bulan ini, ada beberapa pertanyaan yang muncul di kepala kami tentang fungsi seni saat ini Apa yang ingin kami lakukan di momen perubahan ini? Apa arti perspektif seni dalam membaca situasi politik? Apa arti demokrasi? Apa arti menginstitusikan sesuatu? Kami berupaya untuk membuat karya yang tidak bersifat dokumenter melainkan lebih membentuk ruang reflektif melalui praktik kesenian. Beirut menyasar berbagai audiens, menghubungkan internasional dengan lokal, menjadi tuan rumah bagi seniman dan institusi dan membuka kemungkinan alternatif untuk kolaborasi. Di Beirut kami menanyakan diri kami setiap hari: seperti apakah hubungan antara seniman, karya seni, dan masyarakat?
(S): Dalam situs Beirut, saya membaca bahwa salah satu tujuan didirikannya Beirut adalah untuk menyediakan ruang respons di tengah perubahan sosial yang begitu cepat di Mesir dan daerah-daerah lainnya. Apa urgensi menciptakan sebuah ruang baru? Apa yang dimaksud dengan respons dalam konteks kontribusi seni bagi masyarakat?
(SR): Di tengah situasi yang terus-menerus berubah, orang-orang mulai lelah dan semakin menderita. Khususnya dalam lingkaran pergerakan politik, proses perubahan ini justru semakin membatasi gerak. Beirut adalah sebuah tempat yang menyediakan ruang jeda untuk sejenak beristirahat dari segala keriuhan ini. Lokasi Beirut yang tenang memberi suasana nyaman untuk berkontemplasi, menciptakan kebersamaan yang berkualitas. Beirut menyediakan ruang untuk berimajinasi dan menciptakan ide-ide dan energi baru. Meski demikian kami juga terus memformulasikan gagasan tentang bagaimana cara menciptakan pameran seni yang relevan dengan kondisi perubahan? Amatlah penting untuk selalu mengkontekstualisasikan situasi sosial dengan ide-ide dalam karya seni.
(S): Tema kuratorial yang anda ajukan bersama dengan Agung Hujatnika menjadikan mobilitas sebagai tema kunci BJ XII. Tema ini memiliki jangkauan yang sangat luas sekaligus kompleks, mulai dari perpindahan secara fisik sampai penyebaran pengetahuan. Apa ada isu spesifik yang akan anda gali lebih jauh?
(SR): Karya seni akan menjadi poin awal untuk memulai dialog ini. Pameran ini dengan berbagai cara akan mengambil inspirasi dari migrasi manusia dan benda, juga menelisik sejarah serta pertukaran yang terjadi di Indonesia dan wilayah Arab. Kami telah memutuskan untuk memperluas cakupan Biennale ini, dengan tidak hanya memperlihatkan karya seniman dari wilayah Indonesia dan Arab (berdasarkan paspor/kewarganegaraan), tapi juga menyertakan karya yang membahas migrasi dan pertukaran- -tidak hanya masyarakat, tenaga kerja, benda atau sumber daya, tapi juga juga bahasa dan bentuk-bentuk lainnya.
Arus dan pertukaran kapital telah mengubah pandangan kita atas alam dan bagaimana kita menghadapi realitas pergerakan,menjadi mobile serta mengubah persepsi kita atas benda-benda. Kami akan mencoba untuk bekerja menuju pengembangan jalur pertemuan kolaborasi dan pertukaran – dengan karya seni, seniman dan ide. Layaknya sebuah percakapan, pameran ini tidak digerakkan oleh sebuah tema, melainkan oleh karya-karya yang membentuknya. Pergerakan gagasan mengenai tanah air, diaspora, migrasi, perjalanan, sirkulasi ekonomi dan karya seni telah memproduksi, mereproduksi, mereplikasi dan menransformasi karya seni sehingga ia menjadi sebuah situs sinkretisme. Saya juga tertarik untuk berbicara mengenai Yogyakata sebagai sebuah kota dalam pemahaman linguistik– artinya mendeskripsikannya dalam formasi politik dan budaya, di mana identitas politik tergantikan oleh identitas bentuk, identitas morfologi yang berbeda, serta identitas bahasa dan pengalaman seniman/pengarang.

Sabtu, 14 Maret 2015

Ungkapan kalimah thayyibah "Subhanallah" sering tertukar dengan ungkapan "Masya Allah"

Selama ini kaum Muslim sering “salah kaprah” dalam mengucapkan Subhanallah (Mahasuci Allah), tertukar dengan ungkapan Masya Allah (Itu terjadi atas kehendak Allah). Kalau kita takjub, kagum, atau mendengar hal baik dan melihat hal indah, biasanya kita mengatakan Subhanallah. Padahal, seharusnya kita mengucapkan Masya Allah yang bermakna “Hal itu terjadi atas kehendak Allah”.
Ungkapan Subhanallah tepatnya digunakan untuk mengungkapkan “ketidaksetujuan atas sesuatu”. Misalnya, begitu mendengar ada keburukan, kejahatan, atau kemaksiatan, kita katakan Subhanallah (Mahasuci Allah dari keburukan demikian).
Ucapan Masya Allah
Masya Allah artinya “Allah telah berkehendak akan hal itu”. Ungkapan kekaguman kepada Allah dan ciptaan-Nya yang indah lagi baik. Menyatakan “semua itu terjadi atas kehendak Allah”.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat hal yang baik dan indah. Ekspresi penghargaan sekaligus pengingat bahwa semua itu bisa terjadi hanya karena kehendak-Nya.
“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu, ‘Maasya Allah laa quwwata illa billah‘ (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan?” (QS. Al-Kahfi: 39).
Ucapan Subhanallah
Saat mendengar atau melihat hal buruk/jelek, ucapkan Subhanallah sebagai penegasan: “Allah Mahasuci dari keburukan tersebut”.
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari aku berjunub dan aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berjalan bersama para sahabat, lalu aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi junub. Setelah itu aku datang menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah, mengapakah engkau malah pergi ketika kami muncul?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan junub. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Subhanallah, sesungguhnya mukmin tidak najis.” (HR. Tirmizi)
“Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan junub jangan menjadi halangan untuk bertemu sesama Muslim. Dalam Al-Quran, ungkapan Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah dari hal yang tak pantas (hal buruk), misalnya: “Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka persekutukan”, juga digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik.” (QS. 40-41).
Jadi, kesimpulannya, ungkapan Subhanallah dianjurkan setiap kali seseorang melihat sesuatu yang tidak baik, bukan yang baik-baik atau keindahan. Dengan ucapan itu, kita menegaskan bahwa Allah Subahanahu wa Ta’ala Maha Suci dari semua keburukan tersebut.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat yang indah, indah karena keindahan atas kuasa dan kehendak Allah Ta’ala. Lalu, apakah kita berdosa karena mengucapkan Subhanallah, padahal seharusnya Masya Allah dan sebaliknya? Insyaa Allah tidak. Allah Maha Mengerti maksud perkataan hamba-Nya. Hanya saja, setelah tahu, mari kita ungkapkan dengan tepat antara Subhanallah dan Masya Allah.

Jumat, 13 Maret 2015

AGENT KEBAIKAN 1756

1756 memilik makna :

1 = Esa artinya kebaikan yang dilakukan karena Allah Yang Esa

7 = melakukan kebaikan selama tujuh hari dalam sepekan. Itu artinya kebaikan yang dilakukan setiap hari

5 = arkanul islam artinya syarat seoang agent harus MUSLIM

6 = arkanul iman artinya seorang agent selain Muslim kudu Beriman. Krn dengan iman dihatilah yang menjadikan ruh itu ikhlas melakukan kebaika apapun.

Bila disimpulkan menjadi:
Seorang muslim senantiasa mengaplikasikan keimanannya dengan melakukan kebaikan untuk diri dan orang lain lillahi ta’ala.

Visi : Menjadikan diri rahmatalil’alamiin

Misi : Karena Allah kebaikan dilakukan kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun

Tujuan : 
- membiasakan diri melakukan kebaikan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan
- mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dan dimiliki
- menumbuhkan rasa empati kepada sesama saudara seiman
- membiasakan sikap saling berbagi kepada siapapun
- mewujudkan rasa ukhuwah dengan saling mengingati dalam kebenaran dan kesabaran