Selasa, 17 Maret 2015

Tugas Pers

TEMPO.CO, Jakarta - Masa kecil Abraham Lunggana alias Lulung serba sulit. Setelah ayahnya meninggal, Lulung mengais sampah di pasar Tanah Abang untuk membantu ibunya. Hidup bertahun-tahun di Tanah Abang membuat Lulung paham pasar itu sumber uang yang tak akan pernah kering. Ia menyingkirkan para penguasa Tanah Abang sebelumnya. Sekarang hidup Lulung serba mewah. Jauh dari bau sampah.
Belakangan Lulung masuk dunia politik dengan masuk menjadi anggota Partai Persatuan Pembangunan yang kemudian membawanya duduk sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Ia menjadi satu-satunya penguasa Tanah Abang saat ini. Berikut petikan wawancara Lulung dengan Tempo, Kamis, 15 Agustus 2013 di kantornya lantai 9, gedung baru DPRD DKI Jakarta.
Bagaimana cerita Anda sampai masuk ke pasar Tanah Abang?
Hidup saya diuntungkan. Saya ditinggal orang tua (ayah) kelas 3 SD. Orang tua saya veteran dimakamkan di Kalibata tahun 1975 saat saya kelas 3 SMP. Ibu saya tiap hari goreng dua telor untuk makan anak-anaknya. Telur dibagi delapan. Ibu bilang jangan nambah, ya. Saya ingat tuh. Rumah saya dekat pasar, jaraknya 50 meter. Tiap pagi saya salat Subuh, terus langsung cari uang. Pulang ke rumah bawa uang Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Saya beri ke ibu. Saya dapat uang dari cari sampah, cari kardus, besi di pasar Tanah Abang. Saya berkelahi dengan pemulung untuk dapat sampah. Kemudian saya dipukuli, digebukin media. Saya dibilang preman. Tadinya saya bangga dikatakan preman (tertawa lebar). Begitu jadi begini (Wakil Ketua DPRD), anak saya mulai besar, lalu mereka tanya mamanya. “Mama, Bapak preman ya?” Dijelasin deh oleh mamanya. Kebetulan istri saya asli orang Tanah Abang. Dulu rumahnya cuma 5 rumah jaraknya dari rumah saya.
Anda sendiri asalnya dari Betawi?
Saya Betawi-Banten. Nenek Betawi, kakek Banten. Ibu saya asli Betawi.
Kami dengar mobil Anda ada 35 unit?
Sekitar 30-an lah. Duit di sini saya bagi-bagi. (Lulung lalu memanggil seorang stafnya bermarga Butar-butar dan bertanya, ”Proposal di sini banyak atau kagak? Butar-butar menjawab singkat, "Banyak, Pak”. Nah, Rp 3 juta satu hari di sini saja (untuk menyumbang proposal-proposal meminta bantuan dana). Gaji saya cuma berapa duit, sih. Paling cuma Rp 20 juta. Buat saya jangankan harta, masjid saja saya bangun.
Untuk apa mobil sebanyak itu ?
Mobil kantor semua (tertawa). Kalau mobil saya yang paling bagus, itu Rubicon. Itu pun karena saya dituntut oleh bos saya, “Lu pake deh mobil yang bagus”. Bos saya ini banyak di Jakarta.
Bagaimana sampai bos Anda banyak?
Saya itu di Tanah Abang merupakan orang yang membebaskan tanah. Sampai Rp 100 juta per meter itu saya. Nah, owner-nya lain lagi. Orang minta tolong ke saya. Kenapa? Saya tidak pernah ambil untung dari warga. Developer tuh seneng, jadi enggak susah cara mmbebaskannya. Saya pertemukan developer dengan warga, ya udah dibayar. Saya dapatnya dari developer, jasa, begitu. Nah, nama saya sudah besar, masak saya mau gantung diri sih. Masak mau bikin yang tidak-tidak. Tidak mungkin, apalagi saya anak yatim awalnya. Enggak mungkin, deh. Saya enggak mau bikin masalah. Makanya istilahnya lihat dari dekat, biar tahu.
Selain mobil, apalagi aset Anda?
Rumah saya banyak, villa saya ada 7. Ini sebelum jadi anggota Dewan. Toko saya banyak, harga satu unit toko Rp 2 miliar. Anak saya Tirta punya 60 biji (toko). Dia hampir menyusul saya.
Jadi, setoran dari pasar Tanah Abang enggak diambil dong. Ini saja sudah banyak?
Saya enggak minta setoran. Mereka sering mengadu ke saya. Judulnya begini: mereka tetap dibina supaya jangan bikin masalah besar. Kenapa? Karena Tanah Abang sentra ekonomi. Kalau kalian ribut, orang enggak datang belanja di situ. Kalau saya enggak jadi apa-apa lagi, nongkrong aja di Tanah Abang. Meludah saja jadi duit. Tapi saya enggak mau monopoli. Saya nanti manggil rukun remaja dikasih kerjaan. Bayangkan kita ngomong bohong, deh. Kalau cuma bikin kartu nama lewat saya berapa coba, 15 ribu toko. Terus bikin nota kontan, berapa kira-kira. Bikin kantong kresek nih, berapa kira2? Bikin kantong kardus ini yang belum saya garap. Nanti mau pensiun baru mau garap. Kenapa? Pedagang itu baik sama saya semua. Saya suka malu datang ke sana (Pasar Tanah Abang). Saya enggak pernah datang sekarang, malu saya karena kayak menteri kabinet saja. Saya datang ya, jangan ada yang ngawal saya, pesen dulu. Orang toko enggak kenal Haji Lulung yang mana. Kepala kelompoknya aja yang tahu, yang tua-tua,
Sepertinya Anda seperti The Godfather?
Ya, The Godfather yang bukan jahat. (tertawa lebar)
Anda setor ke partai juga?
Setiap tahun itu enggak kurang dari Rp 1 miliar untuk partai (Partai Persatuan Pembangunan). Kenapa? Karena setiap ranting kita kasih bingkisan, meneruskan yang dulu-dulu, kewajiban. Kalau DPP (Dewan Pengurus Pusat) saya enggak tahu dah itu.
Bagaimana dengan gaji dari DPRD tidak dipakai, dong?
Pakai lah. (tertawa). Istri saya nanti katakan: kerja tiap hari sampe malem kagak ada setorannye. Ini proposal majelis taklim dari Cakung, Penggilingan, Jakbar, Tangerang, untuk Maulid. Siapa kyai besar di Jakarta enggak kenal Haji Lulung? Pedagang yang susah habis kebakaran, punya modal paling cepek, nopek lah, cari toko susahnya bukan main sedangkan di sana didominasi sama yang sipit-sipit. Mereka mesti punya orang tua kan, cari pinjaman ke saya. Pak Haji ada daftar di sana, punya uang cuma 100, cari uang muka, pengin kredit lunak, tolong dong. Alhamdulillah-nya? Kenapa? Saya tidur doang, ada bank yang datang. Itu bank bangunin saya, "Pak Haji, Pak Haji pake uang kita." Tapi saya kagak pernah mau gunakan. Tapi ketika orang-orang minta bantuan soal pinjaman lunak, saya harus maju dong ke depan. Bang, ini ada orang mau cari toko, mau bantuin kagak? Mau. Punya uang muka kagak? Punya, berape? Seratus ribu. Ya, saya bilang rapat dulu. Berapa bank saya hubungi, saya minta bunga yang paling rendah. Saya beli Rp 500. Pembeli nih utang pada saya 15 tahun. Ada yang diperas enggak? Saya dapat dari pemenang tender, saya dapat dari bank, saya dapat dari developer, sampah dapat, ruko dapat. Itu bisa dihitung enggak berapa duitnya? Deposito dong, tabung. Cek aje tuh.
Semua harta kekayaan dilaporkan ke KPK?
Dulu tuh saya kagak mengerti. Dulu saya pelit-pelit. Lalu ada yang mengajari, "Lung laporkan semua, kalau besok diisi semua. Karena apa? Saya nomor 3 pembayar pajak terbaik di Jakarta Pusat. Ya, tepuk tangan dong (tertawa lebar).
Berapa itu nilainya?
Enggak tahu. Itu urusan kantor, urusan komisaris saya.
Ratusan miliar ya pak?
Enggaklah. Nanti saya dikejar pajak terus.
Bagaimana dengan anak-anak Anda, sudah bekerja semua?
Anak saya ada yang bikin perusahaan catering yang bekerja sama dengan hotel-hotel dan penyelenggara wedding. Cuma satu yang tidak bekerja karena suaminya sudah lumayan. Sedangkan Tirta sudah punya perusahaan. Tapi sekarang anak saya gabung dengan saya. Soalnya, siapa yang urus perusahaan saya?

Senin, 16 Maret 2015

Percakapan tentang Ruang Respons: Wawancara dengan Sarah Rifky

Pada kesempatan kali ini editor The Equator, Syafiatudina, bercakap-cakap dengan Sarah Rifky, ko- kurator Biennale Jogja XII (BJ XII). Dalam pertemuan pertama mereka yang dimediasi oleh teknologi digital, selain untuk mengenal lebih jauh Sarah dan pengalaman praktik kuratorialnya selama ini, tercetus pula perbincangan soal kontribusi seni dalam perubahan sosial dan strategi-strategi pembacaan konsep mobilitas untuk mengeksplorasi pertemuan Indonesia dengan negara-negara Arab.
Syafiatudina (S): Bisa ceritakan bagaimana awal pertemuan anda dengan tim BJ XII dan bagaimana proses kerja sama dan kolaborasi yang terbangun sejauh ini? Potensi apa yang anda bayangkan akan muncul dalam kerja kolaborasi ini?
Sarah Rifky (SR): Tahun 2010 saya bertemu dengan Farah Wardani (Direktur Artistik BJ XII) dalam konferensi “Speak Memory”, sebuah simposium tentang arsip di Kairo. Akhir November 2012, saya menerima surat dari Farah yang mengabarkan rencana kunjungan riset tim BJ XII ke Kairo. Dalam kunjungan ini saya bertemu dengan Farah, Agung dan Neni ketika mereka mampir ke kantor Beirut. Kami membicarakan beragam hal yang sangat menarik tentang seni, sejarah dan praktik kuratorial. Sejauh ini, dengan tempo yang cukup ketat, pengalaman bekerja dengan tim BJ XII dipenuhi kemungkinan-kemungkinan yang tampaknya berharga. Pengalaman ini memperkenalkan saya pada langkah-langkah dan gaya berbeda dalam bekerja yang kemudian mendorong pertukaran-pertukaran gagasan yang lebih mendalam.
(S): Selain kolaborasi kurator antara anda dan Agung Hujatnika, Beirut, ruang inisiatif seni yang anda gagas menjadi salah satu partner organisasi pendamping dalam penyelenggaraan BJ XII. Bisa cerita lebih banyak tentang Beirut?
(SR): Beirut dimulai pada musim semi, 2012. Saya mendirikan Beirut bersama dengan seorang teman baik dan kolega saya, Jens Maier-Rothe. Kami bertemu pada tahun 2007, di Swedia, tempat kami sama-sama menempuh pendidikan. Kami menemukan ruang ini -atau mungkin ruang ini menemukan kami!- yang lokasinya di sebuah area yang sangat tenang namun tidak jauh dari pusat kota Kairo. Secara teknis, kami berada di Giza, di bagian barat Sungai Nil. Tempat ini sangat ideal dan cocok untuk berpikir reflektif. Bangunan ini merupakan rumah bergaya 1940-an, dikelilingi taman dan ada dua pohon mangga dan palem. Ketika pertama kali memasuki ruang yang sempat kosong selama beberapa bulan ini, ada beberapa pertanyaan yang muncul di kepala kami tentang fungsi seni saat ini Apa yang ingin kami lakukan di momen perubahan ini? Apa arti perspektif seni dalam membaca situasi politik? Apa arti demokrasi? Apa arti menginstitusikan sesuatu? Kami berupaya untuk membuat karya yang tidak bersifat dokumenter melainkan lebih membentuk ruang reflektif melalui praktik kesenian. Beirut menyasar berbagai audiens, menghubungkan internasional dengan lokal, menjadi tuan rumah bagi seniman dan institusi dan membuka kemungkinan alternatif untuk kolaborasi. Di Beirut kami menanyakan diri kami setiap hari: seperti apakah hubungan antara seniman, karya seni, dan masyarakat?
(S): Dalam situs Beirut, saya membaca bahwa salah satu tujuan didirikannya Beirut adalah untuk menyediakan ruang respons di tengah perubahan sosial yang begitu cepat di Mesir dan daerah-daerah lainnya. Apa urgensi menciptakan sebuah ruang baru? Apa yang dimaksud dengan respons dalam konteks kontribusi seni bagi masyarakat?
(SR): Di tengah situasi yang terus-menerus berubah, orang-orang mulai lelah dan semakin menderita. Khususnya dalam lingkaran pergerakan politik, proses perubahan ini justru semakin membatasi gerak. Beirut adalah sebuah tempat yang menyediakan ruang jeda untuk sejenak beristirahat dari segala keriuhan ini. Lokasi Beirut yang tenang memberi suasana nyaman untuk berkontemplasi, menciptakan kebersamaan yang berkualitas. Beirut menyediakan ruang untuk berimajinasi dan menciptakan ide-ide dan energi baru. Meski demikian kami juga terus memformulasikan gagasan tentang bagaimana cara menciptakan pameran seni yang relevan dengan kondisi perubahan? Amatlah penting untuk selalu mengkontekstualisasikan situasi sosial dengan ide-ide dalam karya seni.
(S): Tema kuratorial yang anda ajukan bersama dengan Agung Hujatnika menjadikan mobilitas sebagai tema kunci BJ XII. Tema ini memiliki jangkauan yang sangat luas sekaligus kompleks, mulai dari perpindahan secara fisik sampai penyebaran pengetahuan. Apa ada isu spesifik yang akan anda gali lebih jauh?
(SR): Karya seni akan menjadi poin awal untuk memulai dialog ini. Pameran ini dengan berbagai cara akan mengambil inspirasi dari migrasi manusia dan benda, juga menelisik sejarah serta pertukaran yang terjadi di Indonesia dan wilayah Arab. Kami telah memutuskan untuk memperluas cakupan Biennale ini, dengan tidak hanya memperlihatkan karya seniman dari wilayah Indonesia dan Arab (berdasarkan paspor/kewarganegaraan), tapi juga menyertakan karya yang membahas migrasi dan pertukaran- -tidak hanya masyarakat, tenaga kerja, benda atau sumber daya, tapi juga juga bahasa dan bentuk-bentuk lainnya.
Arus dan pertukaran kapital telah mengubah pandangan kita atas alam dan bagaimana kita menghadapi realitas pergerakan,menjadi mobile serta mengubah persepsi kita atas benda-benda. Kami akan mencoba untuk bekerja menuju pengembangan jalur pertemuan kolaborasi dan pertukaran – dengan karya seni, seniman dan ide. Layaknya sebuah percakapan, pameran ini tidak digerakkan oleh sebuah tema, melainkan oleh karya-karya yang membentuknya. Pergerakan gagasan mengenai tanah air, diaspora, migrasi, perjalanan, sirkulasi ekonomi dan karya seni telah memproduksi, mereproduksi, mereplikasi dan menransformasi karya seni sehingga ia menjadi sebuah situs sinkretisme. Saya juga tertarik untuk berbicara mengenai Yogyakata sebagai sebuah kota dalam pemahaman linguistik– artinya mendeskripsikannya dalam formasi politik dan budaya, di mana identitas politik tergantikan oleh identitas bentuk, identitas morfologi yang berbeda, serta identitas bahasa dan pengalaman seniman/pengarang.

Sabtu, 14 Maret 2015

Ungkapan kalimah thayyibah "Subhanallah" sering tertukar dengan ungkapan "Masya Allah"

Selama ini kaum Muslim sering “salah kaprah” dalam mengucapkan Subhanallah (Mahasuci Allah), tertukar dengan ungkapan Masya Allah (Itu terjadi atas kehendak Allah). Kalau kita takjub, kagum, atau mendengar hal baik dan melihat hal indah, biasanya kita mengatakan Subhanallah. Padahal, seharusnya kita mengucapkan Masya Allah yang bermakna “Hal itu terjadi atas kehendak Allah”.
Ungkapan Subhanallah tepatnya digunakan untuk mengungkapkan “ketidaksetujuan atas sesuatu”. Misalnya, begitu mendengar ada keburukan, kejahatan, atau kemaksiatan, kita katakan Subhanallah (Mahasuci Allah dari keburukan demikian).
Ucapan Masya Allah
Masya Allah artinya “Allah telah berkehendak akan hal itu”. Ungkapan kekaguman kepada Allah dan ciptaan-Nya yang indah lagi baik. Menyatakan “semua itu terjadi atas kehendak Allah”.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat hal yang baik dan indah. Ekspresi penghargaan sekaligus pengingat bahwa semua itu bisa terjadi hanya karena kehendak-Nya.
“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu, ‘Maasya Allah laa quwwata illa billah‘ (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan?” (QS. Al-Kahfi: 39).
Ucapan Subhanallah
Saat mendengar atau melihat hal buruk/jelek, ucapkan Subhanallah sebagai penegasan: “Allah Mahasuci dari keburukan tersebut”.
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari aku berjunub dan aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berjalan bersama para sahabat, lalu aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi junub. Setelah itu aku datang menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah, mengapakah engkau malah pergi ketika kami muncul?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan junub. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Subhanallah, sesungguhnya mukmin tidak najis.” (HR. Tirmizi)
“Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan junub jangan menjadi halangan untuk bertemu sesama Muslim. Dalam Al-Quran, ungkapan Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah dari hal yang tak pantas (hal buruk), misalnya: “Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka persekutukan”, juga digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik.” (QS. 40-41).
Jadi, kesimpulannya, ungkapan Subhanallah dianjurkan setiap kali seseorang melihat sesuatu yang tidak baik, bukan yang baik-baik atau keindahan. Dengan ucapan itu, kita menegaskan bahwa Allah Subahanahu wa Ta’ala Maha Suci dari semua keburukan tersebut.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat yang indah, indah karena keindahan atas kuasa dan kehendak Allah Ta’ala. Lalu, apakah kita berdosa karena mengucapkan Subhanallah, padahal seharusnya Masya Allah dan sebaliknya? Insyaa Allah tidak. Allah Maha Mengerti maksud perkataan hamba-Nya. Hanya saja, setelah tahu, mari kita ungkapkan dengan tepat antara Subhanallah dan Masya Allah.

Jumat, 13 Maret 2015

AGENT KEBAIKAN 1756

1756 memilik makna :

1 = Esa artinya kebaikan yang dilakukan karena Allah Yang Esa

7 = melakukan kebaikan selama tujuh hari dalam sepekan. Itu artinya kebaikan yang dilakukan setiap hari

5 = arkanul islam artinya syarat seoang agent harus MUSLIM

6 = arkanul iman artinya seorang agent selain Muslim kudu Beriman. Krn dengan iman dihatilah yang menjadikan ruh itu ikhlas melakukan kebaika apapun.

Bila disimpulkan menjadi:
Seorang muslim senantiasa mengaplikasikan keimanannya dengan melakukan kebaikan untuk diri dan orang lain lillahi ta’ala.

Visi : Menjadikan diri rahmatalil’alamiin

Misi : Karena Allah kebaikan dilakukan kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun

Tujuan : 
- membiasakan diri melakukan kebaikan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan
- mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dan dimiliki
- menumbuhkan rasa empati kepada sesama saudara seiman
- membiasakan sikap saling berbagi kepada siapapun
- mewujudkan rasa ukhuwah dengan saling mengingati dalam kebenaran dan kesabaran

SALAH SATU CARA MUDAH MENGHAPAL NAMA2 SURAH DALAM AL QUR’AN

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh
Al Qur’an adalah Kitab Suci agama Islam yang wajib di baca dan dipelajari oleh setiap umat Muslim. Namun faktanya , sangat jarang umat muslim yang bisa menghapal seluruh isi Al-Qur’an ( Tahfidz ). Jangankan hapal isinya, urutan nama-nama surah yang ada dalam Al-Qur’an saja tidak banyak yang hapal. Nah untuk lebih meningkatkan motivasi kita semua agar nantinya mampu menghapal seluruh isi Al-Qur’an , maka saya coba memulainya dengan memberikan satu cara yang menyenangkan untuk menghapal nama-nama surah dalam Al Qur’an. Salah satu metode menghapal yang cukup efektif adalah dengan membuat cerita dari urutan surah sehingga kita mudah mengingatnya. Cobalah baca Cerita-cerita di bawah ini, dan perhatikan kata-kata yang berhuruf besar. Kata- kata tersebut adalah nama-nama surat dalam Al Qur’an. Hafalkan ceritanya, dan kemudian tuliskan kata-kata tersebut secara berurut.Maka akan kita dapatkan nama surat dan nomor urutnya. Silahkan mencoba :

Cerita I ; (Surah 1 – 10)
Paman membaca AL FATIHAH sebelum memasak SAPI BETINA milik KELUARGA IMRAN yang punya anak wanita bernama AN NISA. Sebagian HIDANGAN itu diberikan untuk BINATANG TERNAK. Kemudian paman menuju TEMPAT-TEMPAT YANG TINGGI, untuk mencuri HARTA RAMPASAN PERANG. Namun akhirnya paman ber-TAUBAT seperti taubatnya Nabi YUNUS.
NO.KRONOLOGI CERITA
1.AL-FATIHAH
2.SAPI BETINA – AL-BAQOROH
3.KELUARGA IMRAN – ALI IMRON
4.AN NISA
5.HIDANGAN – AL MAIDAH
6.BINATANG TERNAK – AL AN ‘AM
7.TEMPAT-TEMPAT YANG TINGGI – AL A’ ROF
8.HARTA RAMPASAN PERANG – AL ANFAL
9.TAUBAT – AT TAUBAH
10.YUNUS
Cerita II; (Surah 11 – 20)
HUD dan YUSUF melihat PETIR.Sementara itu IBRAHIM sedang berada di PEGUNUNGAN HIJR. Ia mencari LEBAH, untuk kemudian memulai PERJALANAN MALAM menuju ke GUA untuk menemui MARYAM dan TOHA.
NO.KRONOLOGI CERITA
11.HUD
12.YUSUF
13.PETIR – AR RA’D
14.IBRAHIM
15.PEGUNUNGAN HIJR – AL HIJR
16.LEBAH – AN NAHL
17.PERJALANAN MALAM – AL ISRO
18.GUA – AL KAHFI
19.MARYAM
20.TOHA
Cerita III ; (Surah 21 – 30)
PARA NABI pergi HAJI diikuti oleh ORANG - ORANG BERIMAN. Mereka seperti CAHAYA. Inilah yang menjadi PEMBEDA ANTARA YANG BENAR DAN BATHIL. Sementara itu, PARA PENYAIR bercerita tentang SEMUT. Cerita itu terangkum dalam buku KISAH – KISAH. Dalam buku itu juga diceritakan tentang LABA-LABA yang menyerang BANGSA ROMAWI.
NO.KRONOLOGI CERITA
21.PARA NABI – AL ANBIYA
22.HAJI – AL HAJJ
23.ORANG – ORANG BERIMAN - AL MU’MINUN
24.CAHAYA – AN NUR
25.PEMBEDA ANTARA YANG BENAR DAN BATHIL – AL FURQON
26.PARA PENYAIR – ASY SYU ‘ARO
27.SEMUT-AN NAML
28.KISAH2 – AL QOSHOSH
29.LABA-LABA – AL ‘ANKABUT
30.BANGSA ROMAWI – AR RUM
Cerita IV ; (Surah 31 – 40)
LUKMAN tidak berSUJUD di kaum yang terkena AHZAB dan tidak juga kepada kaum SABA’. Sementara itu FATHIR dan YASIN berdiri bersama orang YANG BERSHAF-SHAF dan membentuk huruf SHOD. Mereka teramasuk ROMBONGAN – ROMBONGAN yang memohon ampunan kepada YANG MAHA PENGAMPUN.
NO.KRONOLOGI CERITA
31.LUKMAN – LUQMAN
32.SUJUD – AS SAJDAH
33.AL AHZAB
34.SABA’
35.FATHIR
36.YASIN
37.YANG BERSHAF2– ASH SHOOFFAT
38 SHOD
39.ROMBONGAN-ROMBONGAN – AZ ZUMAR
40.YANG MAHA PENGAMPUN – GHOFIR
Cerita V; (Surah 41 – 50)
YANG DIJELASKAN dalam MUSYAWARAH itu adalah tentang PERHIASAN. Bukan tentang KABUT. Sementara itu banyak orang YANG BERLUTUT di BUKIT - BUKIT PASIR. Saat itulah MUHAMMAD mendapat KEMENANGAN. Hal ini ditandai dengan KAMAR-KAMAR bertuliskan huruf QOF.
NO.KRONOLOGI CERITA
41.YANG DIJELASKAN – FUSHSHILAT
42.MUSYAWARAH – ASY SYURA
43.PERHIASAN – AZ ZUKHRUF
44.KABUT – AD DUKHAN
45.YANG BERLUTUT – AL JATSIYAH
46.BUKIT2 PASIR – AL AHQOF
47.MUHAMMAD – MUHAMMAD
48.KEMENANGAN – AL FATH
49.KAMAR2– AL HUJURAT
50.QOF
Cerita VI ; (Surah 51 – 60)
ANGIN YANG MENERBANGKAN membawa awan ke bukit THURSINA. Ini terjadi saat BINTANG dan BULAN bersinar. Sementara itu pak RAHMAN sedang berceramah tentang HARI KIAMAT. Dimana BESI hancur, WANITA YANG MENGAJUKAN GUGATAN mengalami PENGUSIRAN, dan banyak PEREMPUAN YANG DIUJI.
NO.KRONOLOGI CERITA
51.ANGIN YANG MENERBANGKAN – ADZ DZARIYAT
52.THURSINA – ATH THUR
53.BINTANG – AN NAJM
54.BULAN – AL QOMAR
55.AR RAHMAN
56.HARI KIAMAT – AL WAQI ‘AH
57.BESI – AL HADID
58.WANITA YANG MENGAJUKAN GUGATAN – AL MUJADILAH
59 PENGUSIRAN – AL HASYR
60.PEREMPUAN YANG DIUJI – AL MUMTAHANAH
Cerita VII ; (Surah 61 – 70)
BARISAN orang beriman pada HARI JUM’AT berbeda dengan ORANG – ORANG MUNAFIK. Demikian juga pada HARI DITAMPAKAN KESALAHAN -KESALAHAN. Ketika aku di-TALAK, aku MENGHARAMKAN dia untuk masuk rumah ini. KERAJAAN yang indah, PENA yang mahal, pada HARI KIAMAT tidak lagi berharga. Disinilah TEMPAT-TEMPAT NAIK bagi amal sholih.
NO.KRONOLOGI CERITA
61.BARISAN – ASH SHOF
62.HARI JUM’AT – AL JUMU’AH
63.ORANG-ORANG MUNAFIK – AL MUNAFIQUN
64.HARI DITAMPAKAN KESALAHAN- KESALAHAN – AL TAGHOBUN
65.TALAK – ATH THOLAQ
66.MENGHARAMKAN – AT TAHRIM
67.KERAJAAN – AL MULK
68.PENA – AL QOLAM
69.HARI KIAMAT – AL HAAQQAH
70.TEMPAT2 NAIK – AL MA‘ARIJ
Cerita VIII ; (Surah 71 – 80)
NUH diganggu JIN disaat ORANG YANG BERSELIMUT dan ORANG YANG BERKEMUL tertidur pulas. Ia tidak menyadari datangnya KIAMAT. Sementara itu, ketika MANUSIA bertemu dengan MALAIKAT YANG DIUTUS untuk menyampaikan BERITA BESAR tentang kematian, MALAIKAT-MALAIKAT YANG MENCABUT nyawa sedang melihat IA BERMUKA MASAM.
NO.KRONOLOGI CERITA
71.NUH – NUH
72.JIN – AL JINN
73.ORANG YANG BERSELIMUT – AL MUZAMMIL
74.ORANG YANG BERKEMUL – AL MUDATSTSIR
75.KIAMAT – AL QIYAMAH
76.MANUSIA – AL INSAN
77.MALAIKAT YANG DIUTUS – AL MURSALAT
78.BERITA BESAR – AN NABA’
79.MALAIKAT2 YANG MENCABUT – AN NAZI ‘AT
80.IA BERMUKA MASAM – ‘ABASA
Cerita IX ; (Surah 81 – 90)
Ombak MENGGULUNG, bumi TERBELAH, ORANG-ORANG YANG CURANG pun ikut TERBELAH. Mereka seperti GUGUSAN BINTANG YANG DATANG DI MALAM HARI. Mereka berada di tempat YANG PALING TINGGI. Pada HARI PEMBALASAN tidak akan muncul FAJAR di NEGERI manapun.
NO.KRONOLOGI CERITA
81.MENGGULUNG – AT TAKWIR
82.TERBELAH – AL INFITHOR
83.ORANG-ORANG YANG CURANG –
AL MUTHOFFIFIN
84.TERBELAH – AL INSYIQOQ
85.GUGUSAN BINTANG – AL BURUJ
86.YANG DATANG DI MALAM HARI – ATH THORIQ
87.YANG PALING TINGGI – AL A ‘LA
88.HARI PEMBALASAN – AL GHOSYIYAH
89.FAJAR – AL FAJR
90.NEGERI – AL BALAD
Cerita X; (Surah 91 – 100)
MATAHARI tenggelam saat MALAM tiba. Dan ketika WAKTU DHUHA, Allah MELAPANGKAN rizki dan menumbuhkan BUAH TIN. Sementara itu manusia yang berasal dari SEGUMPAL DARAH tidak mempunyai KEMULIAAN sedikit pun. Ini adalah BUKTI akan terjadi KEGONCANGAN di dunia. Hingga KUDA PERANG YANG BERLARI KENCANG pun mati.
NO.KRONOLOGI CERITA
91.MATAHARI – ASY SYAMS
92.MALAM – AL LAIL
93.WAKTU DHUHA – ADH DHUHA
94.MELAPANGKAN – AL INSYIROH
95.BUAH TIN – AT TIN
96.SEGUMPAL DARAH – AL ‘ALAQ
97.KEMULIAAN – AL QODR
98.BUKTI – AL BAYYINAH
99.KEGONCANGAN – AZ ZALZALAH
100.KUDA PERANG YANG BERLARI KENCANG – AL`ADIYAT
Cerita XI ; (Surah 101 – 110)
HARI KIAMAT, hari dimana manusia tidak bisa lagi BERMEGAH-MEGAHAN. Pada MASA itulah si PENGUMPAT mati diinjak-injak GAJAH. Sementara itu SUKU QURAISY bertengkar dengan pak MA’UN di tepi telaga KAUTSAR. Saat itu ORANG-ORANG KAFIR tidak mendapatkan PERTOLONGAN.
NO.KRONOLOGI CERITA
101.HARI KIAMAT– AL QORI ‘AH
102.BERMEGAH-MEGAHAN – AT TAKATSUR
103.MASA – AL ‘ASHR
104.PENGUMPAT – AL HUMAZAH
105.GAJAH – AL FI-L
106.SUKU QURAISY – QURAISY
107.MA’UN – AL MA ‘UN
108.KAUTSAR – AL KAUTSAR
109.ORANG-ORANG KAFIR – AL KAFIRUN
110.PERTOLONGAN – AN NASHR
Cerita XII (Surah 111-114)
Insya Allah 4 surat terakhir ini semua dari kita sudah menghafalnya.
NO.SURAT
111.AL LAHAB
112.AL IKHLASH
113.AL FALAQ
114.AN NAAS

Senin, 09 Maret 2015

Keutamaan Ayat Kursi 
Semua surat dalam al-Qur’an adalah surat yang agung dan mulia. Demikian juga seluruh ayat yang dikandungnya. Namun, Allah ta’ala dengan kehendak dan kebijaksanaanNya menjadikan sebagian surat dan ayat lebih agung dari sebagian yang lain. Surat yang paling agung adalah surat al-Fatihah, sedangkan ayat yang paling agung adalah ayat kursi, yaitu di surat Al-Baqarah, ayat 255. Yang akan kita pelajari bersama dalam kesempatan ini adalah ayat kursi.

Ubay bin Ka’b radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

“Wahai Abul Mundzir (gelar kunyah Ubay), tahukah engkau ayat mana di kitab Allah yang paling agung?”
Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”

Beliau berkata, “Wahai Abul Mundzir, Tahukah engkau ayat mana di kitab Allah yang paling agung?”

Aku pun menjawab,

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

Maka beliau memukul dadaku dan berkata, “Demi Allah, selamat atas ilmu (yang diberikan Allah kepadamu) wahai Abul Mundzir.” (HR. Muslim no. 810)

Dalam kisah Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dengan setan yang mencuri harta zakat, disebutkan bahwa setan tersebut berkata,

“Biarkan aku mengajarimu beberapa kalimat yang Allah memberimu manfaat dengannya. Jika engkau berangkat tidur, bacalah ayat kursi. Dengan demikian, akan selalu ada penjaga dari Allah untukmu, dan setan tidak akan mendekatimu sampai pagi.”

Ketika Abu Hurairah menceritakannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, beliau berkata,
“Sungguh ia telah jujur, padahal ia banyak berdusta.” (HR. al-Bukhari no. 2187)

Dalam kisah lain yang mirip dengan kisah di atas dan diriwayatkan Ubay bin Ka’b radhiallahu ‘anhu, disebutkan bahwa si jin mengatakan:

مَنْ قَالَهَا حِينَ يُمْسِي أُجِيرَ مِنَّا حَتَّى يُصْبِحَ ، وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ أُجِيرَ مِنَّا حَتَّى يُمْسِيَ
“Barangsiapa membacanya ketika sore, ia akan dilindungi dari kami sampai pagi. Barangsiapa membacanya ketika pagi, ia akan dilindungi sampai sore.” (HR. ath-Thabrani no. 541, dan al-Albani mengatakan bahwa sanadnya bagus)

Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ، إِلا الْمَوْتُ

“Barangsiapa membaca ayat kursi setelah setiap shalat wajib, tidak ada yang menghalanginya dari masuk surga selain kematian.” (HR. ath-Thabrani no. 7532, dihukumi shahih oleh al-Albani)

Disunnahkan membaca ayat ini setiap (1) selesai shalat wajib, (2) pada dzikir pagi dan sore, (3) juga sebelum tidur.

Tafsir Ayat Kursi

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

“Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia Yang hidup kekal serta terus menerus mengurus (makhluk).”

Allah adalah nama yang paling agung milik Allah ta’ala. Allah mengawali ayat ini dengan menegaskan kalimat tauhid yang merupakan intisari ajaran Islam dan seluruh syariat sebelumnya. Maknanya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Konsekuensinya tidak boleh memberikan ibadah apapun kepada selain Allah.

Al-Hayyu dan al-Qayyum adalah dua di antara al-Asma’ al-Husna yang Allah miliki. Al-Hayyu artinya Yang hidup dengan sendirinya dan selamanya. Al-Qayyum berarti bahwa semua membutuhkan-Nya dan semua tidak bisa berdiri tanpa Dia. Oleh karena itu, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mengatakan bahwa kedua nama ini menunjukkan seluruh al-Asma’ al-Husna yang lain.

Sebagian ulama berpendapat bahwa al-Hayyul Qayyum adalah nama yang paling agung. Pendapat ini dan yang sebelumnya adalah yang terkuat dalam masalah apakah nama Allah yang paling agung, dan semua nama ini ada di ayat kursi.

لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ

“Dia Tidak mengantuk dan tidak tidur.”

Maha Suci Allah dari segala kekurangan. Dia selalu menyaksikan dan mengawasi segala sesuatu. Tidak ada yang tersembunyi darinya, dan Dia tidak lalai terhadap hamba-hamba-Nya.
Allah mendahulukan penyebutan kantuk, karena biasanya kantuk terjadi sebelum tidur.

Barangkali ada yang mengatakan,

“Menafikan kantuk saja sudah cukup sehingga tidak perlu menyebut tidak tidur; karena jika mengantuk saja tidak, apalagi tidur.”

Akan tetapi, Allah menyebut keduanya, karena bisa jadi (1) orang tidur tanpa mengantuk terlebih dahulu, dan (2) orang bisa menahan kantuk, tetapi tidak bisa menahan tidur. Jadi, menafikan kantuk tidak berarti otomatis menafikan tidur.

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ

“Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.”

Semesta alam ini adalah hamba dan kepunyaan Allah, serta di bawah kekuasaan-Nya. Tidak ada yang bisa menjalankan suatu kehendak kecuali dengan kehendak Allah.

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.”

Memberi syafaat maksudnya menjadi perantara bagi orang lain dalam mendatangkan manfaat atau mencegah bahaya. Inti syafaat di sisi Allah adalah doa. Orang yang mengharapkan syafaat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berarti mengharapkan agar Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam mendoakannya di sisi Allah. Ada syafaat yang khusus untuk Nabi Muhammad, seperti syafaat untuk dimulainya hisab di akhirat, dan syafaat bagi penghuni surga agar pintu surga dibukakan untuk mereka. Ada yang tidak khusus untuk Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, seperti syafaat bagi orang yang berhak masuk neraka agar tidak dimasukkan ke dalamnya, dan syafaat agar terangkat ke derajat yang lebih tinggi di surga.

Jadi, seorang muslim bisa memberikan syafaat untuk orang tua, anak, saudara atau sahabatnya di akhirat. Akan tetapi, syafaat hanya diberikan kepada orang yang beriman dan meninggal dalam keadaan iman. Disyaratkan dua hal untuk mendapatkannya, yaitu:

1. Izin Allah untuk orang yang memberi syafaat.
2. Ridha Allah untuk orang yang diberi syafaat.

Oleh karena itu, seseorang tidak boleh meminta syafaat kecuali kepada Allah. Selain berdoa, hendaknya kita mewujudkan syarat mendapat syafaat; dengan meraih ridha Allah. Tentunya dengan menaatiNya menjalankan perintahNya semampu kita, dan meninggalkan semua laranganNya.

يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ

“Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka.”

Ini adalah dalil bahwa ilmu Allah meliputi seluruh makhluk, baik yang ada pada masa lampau, sekarang maupun yang akan datang. Allah mengetahui apa yang telah, sedang, dan yang akan terjadi, bahkan hal yang ditakdirkan tidak ada, bagaimana wujudnya seandainya ada. Ilmu Allah sangat sempurna.

وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ

“Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah kecuali dengan apa yang dikehendaki-Nya.”

Tidak ada yang mengetahui ilmu Allah, kecuali yang Allah ajarkan. Demikian pula ilmu tentang dzat dan sifat-sifat Allah. Kita tidak punya jalan untuk menetapkan suatu nama atau sifat, kecuali yang Dia kehendaki untuk ditetapkan dalam al-Quran dan al-Hadits.

وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ

“Kursi Allah meliputi langit dan bumi.”

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu menafsirkan kursi dengan berkata:

الكُرْسيُّ مَوْضِعُ قَدَمَيْهِ

“Kursi adalah tempat kedua telapak kaki Allah.” (HR. al-Hakim no. 3116, di hukumi shahih oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi)

Ahlussunnah menetapkan sifat-sifat seperti ini sebagaimana ditetapkan Allah dan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, sesuai dengan kegungan dan kemuliaan Allah tanpa menyerupakannya dengan sifat makhluk.

Ayat ini menunjukkan besarnya kursi Allah dan besarnya Allah. Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْع مَعَ الكُرْسِيِّ إِلاَّ كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ بِأَرْض فَلاَةٍ

“Tidaklah langit yang tujuh dibanding kursi kecuali laksana lingkaran anting yang diletakkan di tanah lapang.” (HR. Ibnu Hibban no.361, dihukumi shahih oleh Ibnu Hajar dan al-Albani)

وَلاَ يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا

“Dan Allah tidak terberati pemeliharaan keduanya.”

Seorang ibu, tentu merasakan betapa lelahnya mengurus rumah sendirian. Demikian juga seorang kepala desa, camat, bupati, gubernur atau presiden dalam mengurus wilayah yang mereka pimpin. Namun, tidak demikian dengan Allah yang Maha Kuat. Pemeliharaan langit dan bumi beserta isinya sangat ringan bagi-Nya. Segala sesuatu menjadi kerdil dan sederhana di depan Allah.

وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Allah memiliki kedudukan yang tinggi, dan dzat-Nya berada di ketinggian, yaitu di atas langit (di atas singgasana). Dalam sebuah hadits, Nabishallallahu ‘alahi wa sallam bertanya kepada seorang budak perempuan: “Di mana Allah?”
Ia menjawab, “Di langit.”
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bertanya, “Siapa saya?”
Ia menjawab, “Engkau adalah Rasulullah.”
Maka, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berkata kepada majikannya (majikan budak perempuan tersebut -ed), “Bebaskanlah ia, karena sungguh dia beriman!” (HR. Muslim no. 537)

Jelaslah bahwa keyakinan sebagian orang bahwa Allah ada dimana-mana bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Hadits.

Demikian pula Allah memiliki kedudukan yang agung dan dzatnya juga agung sebagaimana ditunjukkan oleh keagungan kursiNya dalam ayat ini.

Minggu, 01 Maret 2015

Ummu Kultsum

Ummu Kultsum bintu Uqbah bin Abi Muaith Al Umawiyah Al Quraisyah

wanita yang beruntung mendapatkan keutamaan dan ilmu. Ia termasuk wanita yang mula-mula masuk Islam, sejak Islam mulai bercahaya di Makkah. Ia termasuk salah seorang yang disaksikan oleh Alloh SWT sebagai wanita yang memiliki keimanan. Ia mendapatkan kehormatan sebagai shohabiah Rosululloh SAW. Dengan begitu, ia mendapatkan kehormatan yang sangat membanggakan. Lebih dari itu, Alloh telah menurunkan ayat Al Qur’an karena dirinya. Ayat yang akan terus dibaca hingga Alloh SWT mewarisi bumi dengan segala isinya.

Permulaan yang Semerbak

Ummu Kultsum memiliki kehormatan dan berbagai keutamaan yang sangat tinggi sejak cahaya Islam menerangi jiwanya. Ummu Kultsum juga pernah sholat menghadap kedua qiblat. Ia juga pernah berbai’at kepada Rosululloh SAW ketika di Makkah, sebelum beliau hijrah ke Madinah Al-Munawwaroh.

Ibunda Ummu Kultsum adalah Arwa bintu Kuraiz, yaitu salah seorang wanita yang memiliki andil besar di dalam sejarah Islam.

Ummu Kultsum adalah saudara seibu dari Ustman bin Affan RA. Lelaki ini merupakan salah seorang dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga. Dia juga merupakan menantu Rosululloh SAW.

Saudara kandungnya bernama Al Walid dan Imaroh, keduanya anak Uqbah, yang masuk Islam ketika Fathu Makkah.

Ayahnya adalah Uqbah bin Abi Muaith Al Umawi, salah seorang dari para musuh Rosululloh SAW. Ia sangat kejam terhadap kaum Msulimin, bahkan ia sering menyiksa Rosululloh. Ia tertawan pada Perang Badar dan Rosululloh SAW memerintahkan agar ia dipenggal. Kepalanya dipenggal dalam keadaan kafir karena perbuatannya. Ummu Kultsum tak meneteskan air mata sedikitpun karena kematian ayahnya yang kafir itu. ini menunjukkan kepada keimanannya yang agung. Alloh SWT Maha Menguasai berbagai hal dalam diri makhluk-Nya karena Dialah yang mengeluarkan kehidupan dari sesuatu yang mati.

Wanita Pertama yang Berhijrah

Ketika terjadi hijrah ke Madinah, Ummu Kultsum tertahan di Makkah. Ia dilarang untuk bergabung dengan rombongan orang Islam yang berhijrah. Ia sabar menghadapi kejadian tersebut dalam waktu yang panjang. Ia berusaha bertahan dari berbagai siksaan di jalan Alloh SWT hingga Alloh memberinya izin untuk berhijrah. Dengan demikian, ia mendapatkan kehormatan dari Alloh Ta’ala. Demikian juga para wanita Muslimah yang penyabar lainnya.

Ibnu Abdi Al Barr Rahimalloh menyebutkan bahwa Ummu Kultsum belum memiliki kemungkinan untuk melakukan hijrah hingga tahun ke 7 Hijriah. Disebutkan bahwa dirinya adalah wanita pertama yang berhijrah. Ia berhijrah ketika terjadi Perjanjian Hudaibiah antara Rosululloh SAW dan kaum musyrikin Quraisy. Mereka mengambil janji dari Nabi SAW agar beliau mengembalikan kepada mereka orang yang datang sebagai seorang muslim. Dalam hal ini turunlah ayat Alloh SWT:
“Apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka.” (Al Mumtahanah:10).

Ketika Ummu Kultsum hendak berhijrah, ia dihalangi oleh kedua saudara laki-lakinya, Al Walid dan Imaroh. Alloh SWT melindunginya dengan Islam. Rosululloh SAWtidak melindunginya dari kedua saudaranya.

Hijrah Ummu Kultsum RA memiliki cerita yang menunjukkan bahwa Alloh SWT bersikap lembut dan menghormatinya. Berbagai referensi menceritakan bahwa ia berangkat dari Makkah seorang diri. Ia didampingi seorang laki-laki dari Khoza’ah hingga tiba di Madinah dengan berjalan kaki. Ada yang mengatakan bahwa ia tiba di Makkah dengan menunggang unta. Ia meninggalkan para pemuda dan orang tua dari keluarganya yang kebingungan dalam kegelapan, serta kelelahan dalam kebingungan.

Ibnu Sa’ad Rohimahulloh mengatakan, “Tak pernah kita melihat seorang wanita Quraisy yang berangkat dengan meninggalkan kedua orang tuanya sebagai wanita Muslimah untuk berhijrah kepada Alloh dan Rosul-Nya, selain Ummu Kultsum bintu Uqbah RA.

Ibu Orang-Orang Cerdas

Ummu Kultsum menempati posisi dan kedudukan yang sesuai di Madinah, di antara para wanita shohabiah yang lain. Rosululloh SAW selalu menghormati dan mengakui kejujuran keimanannya. Rosululloh pernah mengajaknya untuk bergabung dalam suatu peperangan guna mengobati para tentara Islam yang terluka, ia mendapatkan julukan “Anak Panah”.

Ia sangat serius dengan urusannya. Telah diriwayatkan bahwa ia dilamar oleh Az Zubair bin Al Awwam, Zaid bin Haritsah, Abdurrahman bin Auf, dan Amru bin Al Ash RA. Dia meminta pendapat saudara tirinya, Ustman bin Affan RA, ketika menghadapi masalah ini. Ustman akhirnya menyuruh wanita ini agar datang dan bertanya kepada Rosululloh SAW. Ia dating menghadap kepada Rosululloh, yang akhirnya menyuruhnya agar menikah dengan Zaid bin Haritsah. Beliau bersabda, “Menikahlah dengan Zaid bin Haritsah karena ia lebih baik untukmu.” Ia pun menikah dengan Zaid bin Haritsah. Pernikahan ini melahirkan Zaid dan Ruqoyyah.

Zaid syahid di Perang mu’tah. Setelah itu Ummu Kultsum menikah dengan Az Zubair sehingga melahirkan anak-anak yang bernama Zainab. Az Zubair adalah orang yang keras kepada wanita. Oleh karena itu, Ummu Kultsum meminta Az Zubair agar menceraikannya. Ia diceraikan oleh Az Zubair, kemudian menikah dengan Abdurrahman bin Auf RA sehingga melahirkan anak-anak yang bernama Ibrahim dan Humaid. Ketika Abdurrahman bin Auf wafat, ia menikah dengan Amru bin Al Ash RA hingga ia wafat ketika menjadi istrinya.

Anak-anak Ummu Kultsum RA adalah para ulama yang paling cerdas. Ulama yang paling terpuji dalam dunia ilmu pengetahuan dan sejarah Islam.

Perlu disebutkan bahwa shohabiah yang mulia ini wafat pada masa Kholifah Ali bin Abi Tholib RA.

Penulis, Pembaca, dan Perawi

Ummu Kultsum meriwayatkan 10 buah hadits dari Nabi SAW. Dari Ummu Kultsum berasal sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dalam kitab shohihnya. Para ahli hadits meriwayatkan darinya, kecuali Ibnu Majah. Kedua anaknya yang bernama Hamid dan Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf juga meriwayatkan hadits darinya.

Ummu Kultsum memiliki kafaah ilmu, kecerdasan, dan kekuatan menghafal. Seorang wanita Quraisy yang menguasai baca dan tulis. Hal ini menjadi pembeda yang sangat jelas dengan wanita Quraisy lainnya.

Sebagian dari hasil riwayatnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dengan sanadnya dari Humaid bin Abdurrohman bin Auf bahwa Ummu Kultsum bintu Uqbah bin Abi Muaith RA termasuk wanita yang mula-mula berhijrah dan berbai’at kepad Rosululloh SAW. Ia menyampaikan kabar bahwa dirinya mendengar Rosululloh SAW bersabda, “Bukanlah seorang pendusta orang yang memperbaiki hubungan antara masnusia, orang yang berkata baik, dan orang yang tumbuh di lingkungan yang baik.” (Diriwayatkan Muslim).

Inilah Ummu Kultsum bintu Uqbah, seorang wanita shohabiah yang sabar, berhijrah, dan Mukminah. Ia menghimpun berbagai keutamaan yang diabadikan. Semoga Alloh meridhoi dan memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang dijelaskan dalam firman-Nya berikut :
“Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Alloh). berada dalam surga kenikmatan.” (Al Waqiah:11-12).




UMMU KULTSUM BINTI ALI BIN ABI THALIB

Jika ada wanita yang dikelilingi ahli surga, Ummu Kultsum binti Ali bin Abu Thaliblah orangnya. Dia adalah cucu Rasulullah saw. Ayahnya termasuk assabiqunal awwalun(pemeluk agama Islam yang pertama). Ibunya adalah pemimpin wanita di surga, yakni putri Rasulullah saw, Fathimah ra. Sedang dua saudaranya, Hasan dan Husein adalah penghulu ahli surga.]




Keutamaan Ummu Kultsum sebagai wanita mulia keturunan Rasulullah, menarik hati Umar bin Khattab yang saat itu menjabat sebagai khalifah. Meski demikian, Ali sebagai ayah dari Ummu Kultsum tidak serta merta mengiyakan keinginan Umar tersebut. Saat Umar mengkhitbah Ummu Kultsum, Ali bertanya,” Apa yang kamu inginkan darinya?” Umar menjawab, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Semua sebab dan nasab akan terputus pada hari kiamat, kecuali sebabku dan nasabku sendiri'.”

            Menurut riwayat Abu Umar bin Abdul Barr, Umar berkata kepada Ali, “Nikahkanlah aku dengan Ummu Kultsum, karena aku melihat kemuliaan-kemuliaan pada dirinya yang tak terdapat pada orang lain.” Lalu Ali menjawab, “Aku telah menyerahkannya kepadamu jika kamu meridhainya dan aku telah menikahkanmu dengannya.”


            Umar menikahi Ummu Kultsum dengan mahar sebesar 40 ribu dirham (senilai dengan 64 miliar untuk ukuran saat ini) sebagai bentuk penghormatan padanya. Mereka dikaruniai 2 anak, Zaid dan Ruqayyah.


            Sebagai pendamping Amirul Mukminin, Ummu Kultsum senantiasa mendukung suaminya dalam mengayomi masyarakat. Dan salah satu peristiwa penting dialami Ummu Kultsum menjelang wafatnya Umar.
            Pada malam itu, sebagaimana biasa Umar melakukan ronda mengelilingi wilayahnya. Untuk memantau keadaan masyarakat, kalau-kalau ada orang yang kelaparan atau membutuhkan pertolongan. 


            Di pinggir kota Madinah, Umar bertemu dengan seorang Badui yang tengah gelisah di depan sebuah kemah. Dari dalam kemah terdengar rintihan seorang wanita. Bergegas Umar mendatangi Badui tersebut dan menanyakan apa yang sedang terjadi. Awalnya Badui itu menolak menjawab, namun karena Umar terus mendesak akhirnya Badui itu berkata bahwa istrinya sedang kesakitan karena mau melahirkan sementara tidak ada seorang pun yang menolongnya.


            Umar bergegas meninggalkan Badui itu dan pulang ke rumahnya. Ia menemui Ummu Kultsum dan berkata,” Apakah kamu ingin mendapat pahala yang Allah akan limpahkan kepadamu?” Ummu Kultsum menjawab dengan antusias, “Apa wujud kebaikan dan pahala tersebut wahai Umar?” Lalu Umar menjelaskan kondisi keluarga Badui yang baru ditemuinya sekaligus mengajak Ummu Kultsum untuk membantu persalinan wanita istri Badui tersebut. Ummu Kultsum bergegas menyiapkan peralatan untuk persalinan bayi dan Umar memanggul gandum serta membawa minyak samin.


            Sesampainya di sana, Ummu Kultsum bergegas masuk ke dalam kemah dan menolong wanita Badui melahirkan bayinya. Sementara itu Umar bergegas memasak makanan di luar kemah. Ketika bayi telah kahir, Ummu Kultsum secara spontan berseru dari dalam kemah: "Wahai Amirul Mukminin, sampaikan kepada temanmu itu bahwa ia dikaruniai anak laki-laki." Orang Badui dan istrinya pun kaget, tidak menyangka bahwa orang yang memasak untuk mereka adalah Amirul Mukminin. 


            Sepeninggal Umar, Ummu Kultsum menikah dengan sepupunya 'Aun bin Ja'far bin Abi Thalib sampai wafatnya ‘Aun, lalu ia menikah lagi dengan saudara dari 'Aun bin Ja'far, yaitu Muhammad bin Ja'far bin Abi Thalib. Setelah wafatnya suami ketiga ini, Ummu Kultsum pun menikah lagi dengan saudara dari dua suaminya ini yaitu 'Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib hingga Ummu Kultsum wafat.