Sabtu, 06 Desember 2014

Mengendalikan Nafsu Amarah

Marah tidak dilarang dalam agama, selama kondisi amarahnya dalam keadaan terkontrol (tidak kesurupan) dan kemarahan juga disebabkan alasan yang tepat menurut syariat.

Waspadalah Dengan Sifat Pemarah Anda!

Sifat marah atau emosi adalah manusiawi yang dapat melekat pada akal dan hati seseorang. Namun ada hal-hal yang perlu diperhatikan, sama seperti sifat-sifat manusia lainnya, sifat marah juga dapat menjadi alat yang dikendalikan oleh Syaithon (setan) untuk membuat seseorang menjadi tersesat dari jalan menuju Allah (menimbulkan benci yang berujung dendam kusumat, iri dan dengki, merusak diri dan orang lain, dan lain-lain). Karena itu, perhatikanlah kondisi amarah anda ketika marah anda sedang berkecamuk, jangan-jangan, amarah anda berasal dari setan.



Menahan Amarah Lebih Baik

Melampiaskan amarah adalah perkara mudah tetapi menahan amarah menuntut suatu perjuangan yang hebat, dibutuhkan kekuatan bathin yang prima. Terutama  bagi mereka yang mempunyai kemampuan dan kekuasaan untuk melampiaskannya.

Rasulullah SAW pernah berkata dalam suatu hadits : “Bukan dikatakan seorang pemberani karena seseorang cepat meluapkan amarahnya, tetapi justru seorang pemberani itu adalah mereka yang dapat menguasai diri (nafsu) nya sewaktu marah” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lainnya oleh  Sahal bin Muadz, dari Anas al-Jahni, dari bapaknya, menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda :

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَسْتَطِيعُ أَنْ يُنَفِّذَهُ دَعَاهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ فِي أَيِّ الْحُورِ شَاءَ
“Siapa saja yang menahan marah, padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya pada Hari Kiamat di atas kepala para makhluk hingga dipilihkan baginya bidadari yang dia sukai (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah)”.

Sehubungan dengan kondisi amarah, Allah memberikan panduan dalam QS. Ali Imran : 133-134
Ali Imran Ayat 133 ampunan Allah
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Secara medis, orang yang tidak mampu menahan sifat amarahnya memiliki kecenderungan terkena serangan penyakit kronis seperrti jantung dan darah tinggi. Untuk itulah kita dianjurkan untuk menahan nafsu amarah  seperti dalam sebuah peristiwa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim  dari Abu Hurairah bahwa suatu saat ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW untuk meminta nasihat. Beliau pun bersabda, Lâ taghdhab (Jangan marah)!” Ketika pertanyaan itu diulangi, Beliau pun memberikan jawaban yang sama.

Dalam suatu hadits Rasulullah saw bersabda : “Ada tiga hal yang jika dimiliki seseorang maka ia mendapatkan pemeliharaan dari Allah, akan dilimpahkan rahmat-Nya, dan Allah akan senantiasa memasukkannya dalam lingkungan hamba yang mendapat cinta-Nya yaitu:

  1. seseorang yang selalu bersyukur ketika diberi nikmat,
  2. seseorang yang sebenarnya mampu dan mempunyai kekuasaan untuk meluapkan amarahnya tetapi sebaliknya malah memberi ma’af atas kesalahan orang itu dan
  3. seseorang yang apabila sedang marah dia dapat menghentikannya”

(HR Al-Hakim).

Bersabarlah saudara-saudaraku, Allah Maha Tahu apa-apa saja yang telah dilakukan umatnya dan tidak ada satu perkara pun yang luput dari penglihatan dan pendengarannya. Juga tidak akan ada satu amalan yang akan tertukar balasannya.


Semoga Allah SWT memberikan kekuatan bathin kepada kita untuk selalu dapat mengendalikan nafsu amarah kita dan menggantikannya dengan sabar, tenang dan lemah lembut seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar